Berita UnikUncategorized

Bukan Hanya Manusia, 5 Hewan Ini Juga Alami Penyakit Seksual Menular

Jakarta – Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Penyakit yang juga sering disebut dengan istilah penyakit kelamin ini menular lewat darah, sperma, cairan vagina, atau cairan tubuh lainnya. Salah satu jalur penghubung penyakit menular seksual tentu saja adalah hubungan seks.

Namun tahukah Anda bahwa manusia bukan satu-satunya makhluk hidup yang mengalami masalah ini. Hewan juga terjangkit sejumlah virus atau penyakit seksual menular.

Bahkan, salah satunya ada hewan yang juga rentan dan terjangkit HIV, seperti yang kini jadi hal menakutkan bagi manusia.

Seperti dikutip dari laman Listverse.com, Senin (21/1/2019), berikut 5 hewan yang juga terjangkit sejumlah penyakit seksual menular:

1. Lumba-Lumba – Papillomavirus

Ilustrasi Lumba-Lumba
Ilustrasi Lumba-Lumba

Mamalia laut seperti lumba-lumba dikenal karena kecerdasannya. Sama seperti manusia, hewan yang satu ini juga memiliki penyakit kelamin dan penyebaran virus lewat aktivitas seksual.

Penyakit ini disebut sebagai papillomavirus — virus yang dapat menyebabkan tumbuhnya kutil di berbagai bagian tubuh, termasuk kelamin.

Hal semacam ini biasanya dialami oleh lumba-lumba jenis hidung botol. Penyebaran penyakit semacam ini akan sama terjadi seperti manusia yang berhubungan seks tanpa kondom, rentan sekali dengan pertukaran penyakit.

Meningkatnya kontaminan di dalam air telah membahayakan sistem kekebalan lumba-lumba, membuatnya lebih mungkin untuk tertular.

2. Kelinci – Sipilis

Ilustrasi kelinci
Ilustrasi (iStock)

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual.

Penyakit ini bahkan ditemukan hampir 12 juta kasus setiap tahun pada manusia. Ternyata, serangan virus ini juga menyerang hewan yaitu kelinci.

Treponema paraluiscuniculi, bakteri yang terkait dengan sifilis pada kelinci, berbeda dari yang ditemukan pada manusia dan tidak dapat disebarkan dari kelinci ke manusia.

Di Selandia Baru, sifilis adalah masalah yang berkembang bagi manusia dan kelinci putih.

3. Primata – Herpes

Populasi Monyet Surili di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Herpes bukan hanya penyakit yang ditularkan oleh manusia. Banyak kasus herpes telah ditemukan di kerajaan hewan — mulai dari gajah hingga reptil, ikan, dan bahkan tiram.

Herpes memiliki sejarah panjang dalam menginfeksi primata.

Setiap spesies primata memiliki jenis virus herpes sendiri. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa virus herpes yang terlihat pada manusia sangat mirip dengan virus simpanse karena ada nenek moyang yang sama jutaan tahun yang lalu.

4. Simpanse – HIV

Ilustrasi simpanse (iStock)
Ilustrasi simpanse (iStock)

Sebuah penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa simpanse dan gorila juga rentan pada virus HIV. Hal ini disebabkan karena 98 persen DNA manusia sama dengan hewan primata ini.

Meskipun HIV biasanya menyebar dari primata ke primata lain melalui hubungan seksual, peneliti yakin jika penyebarannya bisa ke manusia lantaran manusia mengonsumsi daging hewan yang memiliki virus itu.

Sebuah penelitian menemukan bahwa kelompok simpanse di Afrika Barat 90 persen positif memiliki virus yang mirip dengan HIV.

Namun, virus AIDS belum pernah ditemukan pada hewan ini.

5. Koala – Chlamydia

Ilustrasi Koala (iStock)
Ilustrasi Koala (iStock)

Chlamydia adalah penyakit menular seksual umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.

Chlamydia menyebabkan penyakit pada mata dan alat kelamin manusia. Infeksi Chlamydia dapat menyebabkan penderitanya mengalami kemandulan.

Meskipun lebih dari satu juta orang telah didiagnosis dengan mengalami Chlamydiia, itu semua dapat diobati. Namun, bagi kerajaan hewan, penyakit ini tidak dapat disembuhkan.

Virus ini menyerang berbagai hewan, dari burung, mamalia hingga reptil. Namun, jenisnya berbeda dari yang terlihat pada manusia, membuatnya lebih sulit untuk diobati.

Hal ini telah menjadi masalah utama bagi koala, yang jumlahnya sudah berkurang karena perburuan dan hilangnya habitat. 50 persen koala yang dirawat di Queensland dan New South Wales telah dinyatakan positif menderita chlamydia.